KARYA IMAJINATIF (CERITA RAKYAT)


Mengapa Anjing dan Kucing Bermusuhan ?
Oleh: Okto Dwi Winarto
         Seorang laki-laki dan perempuan memiliki sebuah cincin permata.  Cincin itu adalah cincin ajaib. Siapa pun yang memilikinya akan dalam kecukupan dalam segamereka  hal. Tapi mreka tidak mengetahuinya hal tersebut. Mereka pun menjual cincin tersebut dengan harga yang murah. Setelah cincin itu berada diluar rumah, mereka menjadi semakin miskin dan miskin. Hingga suatu saat mereka sudah tidak tahu lagi bagaimana cara mendapatkan makanan yang cukup.
         Mereka juga memiliki anjing dan kucing yang menderita karena kelaparan sama seperti mereka. Binatang0binatang itupun mencoba untuk membahasnya. Dan berfikir bagaiman cara mendapatkan sebuah ide. “ merek harus mendapatkan cincin mereka kembali,” kata si kucing.
          Si kucing berkata,” cincinya tersiman aman di dalam peti dan tidak ada yang bisa mengambilnya.” “kamu harus menangkap seekor tikus,” kata si anjing. “ si tikus harus membuat lubang di lemari dan membawa keluar cincin itu. Katakan padanya kalau kamu akan menggigitnya hingga mati jika dia tidak mau melakukanya, dia pasti akan melakunya.
          Si kucing mengira ini adalah ide bagus, ia pun menangkap seekor tikus. Kemudian ia pergi bersama tikus ke rumah di mana peti itu disimpan. Sementara si anjing mengikuti mereka. Di jalan mereka menemui sebuah sungai yang besar, dan karena kucing tidak bis berenang, si anjing menggendongnya dan berenang melintasi sungai. Sedangkan si kucing membawa si tikus ke rumah temat peti itu berada. Si tikus membuat lubang di peti dan mengeluarkan cincin nitu. Si kucing membawa cincin itu di mulutnya dan kembali ke sungai dimana si anjing telah menunggunya. Ia un kembali berenang melintasi sungai. Kemudian mereka pulang bersama ke rumah dan memebrikan cicncin itu kembali ke tuan dan nyonya mereka.
          Akan tetapi, anjing hanya bisa berjalan di tanah. Kalau ada rumah di jalan yang ia lalui, ia harus berjalan mengitarinya. Sedangkan si kucing, dengan cepatnya ia memanjat ke atap dan dengan cara begini, ia tiba dirumah lebih cepat dan memberikan cincin itu kembali kapada tuanya.
           Kemudian, laki-laki itu berkata pada istrinya,” Kucing ini binatang yang bermanfaat. Kita harus selau memberinya makan dan merawatnya seperti anak kita sendiri.”
           Ketika anjing itu kembali ke rumah, mereka memukulinya dan mencemoohnya karena tidak membantu mendapatkan cicinya kembali. Si kucing duduk di pangkuan tuanya dan mendengkur tanpa berkata apa-apa. Si anjing menjadi marah kepada si kucing karena ia telah mencuranginya dan ia malah mendapatkan pukulan. Oleh karena itu, kapanpun ajning melihat kucing, anjing selau mengejarnya dan ingin menangkapnya. Sejak itu, anjing dan kucing menjadi saling bermusuhan.

Cinta Sandal Jepit
Oleh: Okto Dwi Winarto
Di pinggiran kota sagu, terdapat desa kecil yang berpenghuni tidak lebih 500 jiwa. Banyak orang yang menyebut desa itu dengan sebutan Desa Sepi. Entah mengapa orang-orang menyebutnya dengan sebutan itu, atau memang desanya sepi bagaikan tak berpenghuni. Walaupun sepi kehidupan di desa itu terlihat tentram dan damai, apa lagi dengan adanya nyanyian burung-burung di pohon pinggiran jalan yang membuat setiap orang yang mendengar menjadi terkesan.
Suatu hari ada pemuda yang berparas timur tengah sebutnya Ubai, yang tidak sengaja melintasi desa tersebut. Pemuda yang berwajah tampan itu berjalan langkah demi langkah menelusuri jalan Desa Sepi. Dia dikenal sebagai musafir dari timur tengah yang sukanya berkelana untuk mencari makna kehidupan.
Ubai merasakan ada hal yang berbeda ketika melewati desa kecil tersebut. Tempat itu menjadi tempat pertama yang dia singgahi yang menyuguhkan panorama keindahan alam yang begitu eksotis. Walaupun penduduknya sedikit namunn dilihat dari tata desanya, kemudian kehidupan hayatinya, penduduk di desa itu masih menjaga ekosistem dengan baik. Mungkin karena penduduk sini masih memegang teguh hukum adat istiadat, oleh karena itu kondisi lingkungannya masih terjaga seolah-olah belum tersentuh oleh orang-orang nakal. Kata Ubai dalam hati.
 Waktu sudah memasuki sholat dhuhur dan dia berfikir bahwa perjalanannya harus berhenti sejenak untuk beristrahat dan tentunya menjalankan perintah dari sang Illahi. Dan akhirnya dia beristirahat di sebuah surau kecil yang berada di tengah-tengah desa. Selagi menunggu adzan berkumandang dia bersandar di teras surau tersebut sambil melihat sandal jepitnya yang sudah mulai menipis. Kemudian Ubai berfikir sejenak dalam benaknya bahwa hidup itu harus belajar dari sebuah sandal jepit, walaupun bentuknya sederhana bahkan tidak dianggap barang yang menarik tetapi dengan kesederhanaannya barang tersebut selalu memberi manfaat dan pelindung bagi setiap pemakai dari kotoran dan bebatuan yang diinjak oleh pemakianya.  Hidup manusia pun harus seperti itu walaupun kita kadang dikucilkan dihina bahkan tidak berguna karena penampilan yang kurang menarik, kita harus selalu berusaha menerima dan memberi manfaat kepada setiap orang. Hanya sandal jepit itulah yang menjadi saksi bisu bagi Ubai dari setiap perjalanan yang dia telusuri.
Waktu pun berjalan dengan cepatnya, Ubai sedikit bingung karena tidak ada muadzin yang datang ke surau padahal sudah memasuki sholat dhuhur, akhirnya pemuda itu dengan inisiatif sendiri yang mengumandangkan adzan. Lama menunggu, ada seorang bapak setengah baya bersama anak perempuan yang berparas cantik yang datang ke surau tersebut. Kebetulan perempuan itu memakai sandal jepit yang nampak sama dengan apa yang dipakai Ubai. Di dalam surau tersebut mereka bertiga melaksanakan sholat jamaah dengan shafnya masing-masing. Setelah sholat berjamaah berjamaah mereka sedikit berbincang-bincang di teras surau itu. “Mas, namanya siapa ya? Kok saya belum pernah melihat” tanya bapak itu.
Agak sedikit gugup karena ada perempuan cantik di depannya pemuda itu menjawab “U u u Bai pak, saya habis perjalan Pak, kebetulan lewat desa ini dan mampir untuk sholat. Oh ya kok sedikit sekali ya pak jamaah di sini, pada kemana warganya?. Dengan tegas bapak itu menjawab “warga sini memang begitu, ketika siang hari mereka sibuk dengan kerjaannya masing-masing ada yang masih di ladang, kebun, bahkan ada yang tidur siang karena kelelahan. Oh ya mas, ini perkenalkan putri saya namanya Azizah. Tanpa berjabat tangan, akhirnya mereka saling kenal walaupun masih malu-malu karena baru bertemu. Akhirnya bapak dan anak itu berpamitan untuk kembali ke rumahya. Dengan sedikit terburu-buru Azizah yang mempunyai sandal jepit berwarna sama dengan punyanya Ubai dengan tidak sengaja Azizah memakai sandalnya Ubai.
Ubai yang saat itu beristirahat dan hendak melanjutkan perjalanannya, terkejut melihat sandal jepitnya agak sedikit berbeda. “Looh kelihatannya bukan sandal saya ini, wah ada yang keliru membawanya pasti” gumamnya. Ubai mengira-ngira mungkin bapak tadi atau anaknya yang membawanya karena hanya dua orang tersebut yang datang di surau itu. Ubai pun berencana untuk mengembalikan sandal itu. akan tetapi, dia tidak tahu kemana harus mengembaliknya karena Ubai tidak tahu alamat rumahnya. Akhirnya Ubai menunggu sampai jam sholat Asar tiba. Namun, Azizah tak kunjung datang. Kemudian Ubai berinisiatif untuk mencari alamat rumahnya dengan bertanya setiap orang yang dia jumpai di jalan.
Ubai pun menemukan rumah Azizah yang terletak di pinggiran Desa Sepi. Ubai yang datang dengan gemetar karena jarang sekali dia mendatangi rumah perempuan yang barwajah ayu. “Assalamulaikum?”Salam Ubai. “Wallaikumsallam” oh mas Ubai, kok tahu rumah saya ada apa ya? sahut Azizah. “Ini azizah sandal kita kayaknya tertukar deh “ terang Ubai. Akhirnya mereka berbincang-bincang cukup lama di teras rumah. Nampaknya kedua insan itu jatuh cinta pada pandangan pertama. Mereka saling tertarik oleh prilaku dan kesantunan masing-masing yang ditunjukka.  Karena waktu sudah petang, bapak  Azizah menawari Ubai untuk menginap saja di rumahnya. Ubai yang tak enak karena takut para tetangga berpikir yang aneh-aneh karena ada lelaki asing yang menginap di rumah azizah akhirnya menolak. Tetapi bapak azizah berkata” tidak apa-apa anak muda sesama manusia harus saling membantu, ini juga sudah petang kau juga tak tau harus kemana kan? Menginap semalam saja di sini.  Dengan malu-malu Ubai menerima tawaran tersebu. Keesokkan harinya Ubai berpamitan untuk melanjutkan perjalannya dengan sandal jepit yang sudah ditukar.

 Di tengah-tengah perjalanan Ubai selalu terbayang-bayang wajah Azizah. Ubai yang jatuh hati kepada Azizah dan berniat sebelum saya jauh meningglkan desa ini saya harus mengungkapkan perasaan tersebut kepada Azizah dan Ubai yakin Azizah juga mempunyai perasaan yang sama dengan apa yang dia rasa. Akhirnya Ubai kembali ke rumah Azizah dan mengutarakan semua perasaannya kepada Azizah. Dengan tidak sengaja bapaknya mendengar semua perbincangan mereka berdua. Karena bapaknya yakin bahwa Ubai adalah pemuda yang sholeh, baik dan bertanggung jawab selain itu agar tidak menimbulkan fitnah, akhirnya mereka dinikahkan di Desa Sepi itu. Ubai pun bersyukur karena Allah telah menemukan jodohnya malalui perantara sandal jepit itu.  

Nasib Si Pohon Jambu
oleh: Okto Dwi Winarto
Embun pagi telah memberikan kesejukan hayati. Banyak para pelancong mencari keberkahan Illahi yang selalu ada di sela-sela bumi. Anak-anak yang ceria menyuguhkan ketenangan bagi orang-orang yang melihat. Pohon-pohon di taman yang selalu memberikan salam pagi menambah ketenangan jiwa. Tiba-tiba ada celetukan di antara pohon tersebut. ”Kita bahagia sekali hidup di dunia ini ya, badan kita besar-besar dan daun kita hijau, banyak manusia yang memuji kita”.”Iya kita emang beruntung hidup di tanah yang subur, tidak seperti pohon jambu kecil itu, sudah kecil, kurus dan tumbuh di tanah yang tidak subur pula” ujar pohon pinus lainnya. Setiap hari mereka selalu mengucilkan pohon jambu kecil yang terpinggirkan tersebut. Pohon jambu kecil itu hanya bisa merenungi nasib dan tidak bisa apa-apa.
Suatu hari ada seorang anak yang melintas di antara pohon-pohon itu. “Wah..tinggi dan subur bener pohon pinus ini, pasti enak kalau berteduh di bawahnya,hehehe”kata anak itu. Akhirnya anak itu berteduh sejenak di bawah pohon itu. Setelah beberapa menit anak itu tiba-tiba melihat sebatang pohon jambu yang berdiri sendiri di pojok kebun. Anak itu bangkit dan menghampiri pohon jambu tersebut. Anak itu merasa kasihan terhadap kondisi yang dialami pohon jambu kecil itu.”Pohon jambu mengapa kamu bisa seperti ini?” tanya anak itu. “Aku begini karena tidak ada orang yang memperhatikan aku, melihatku saja tidak ada yang mau, apa lagi memberiku pupuk, kamu kesini mau mengejekku?” sahut pohon jambu. sabar ya pohon padahal buahmu besar-besar, baiklah mulai hari ini saya akan mampir ke kebun ini untuk memberikan pupuk kepadamu.
Keesokkan harinya anak itu datang dan mencabuti rumput-rumput liar yang ada di sekitar sambil memberikan pupuk. Akhirnya mereka pun menjadi sahabat sejati yang selalu mengisi dari hari ke hari. Setelah beberapa lama pohon jambu itu menjadi pohon yang subur dan menjulang tinggi, daunnya pun rindang. Setiap orang yang lewat pasti merasa takjub dan heran akan kesuburan pohon jambu tersebut. Setiap siang anak itu menyempatkan tubuhnya untuk sejenak bersandar di batang yang kokoh itu. pohon jambu itu kebetulan mempunyai bauh yang banyak besar dan manis sekali. Setiap orang yang lewat pasti memetik buah jambu itu.  pohon-pohon pinus pun heran akan perubahan yang terjadi pada pohon yang awalnya kurus dan tak terurus itu. Suatu hari pohon jambu itu berjanji kepada sahabat yang mengurusinya. “Hai sahabatku bila kau membutuhkan apa misalnya uang atau makanan kau bisa memetik buahku sebanyak mungkin untuk bisa di jual, maka kamu akan mendapatkan uang dan bisa membeli” kata pohon jambu. Anak itu pun menyahutnya “Iya sahabatku, kebetulan ibu saya sedang sakit dan membutuhkan uang untuk membeli obat, baiklah besok saya akan kembali ke sini untuk memetik buahmu”.

Keesokkan harinya anak itu bergegas ke kebun itu, dia terus berlari menuju pohon jambu yang berjanji memberikan buahnya. Dari kejauhan pohon jambu itu melihat anak itu berlari menuju dirinya, akan tetapi di seberang kebun ada jalan raya yang cukup lebar. Jalan yang nampak sepi membuat anak itu tidak melihat kanan-kiri terlebih dahulu, tiba-tiba ada sepeda motor yang menyempret tubuh anak itu sehingga terjatuh dan kepalanya terbentur aspal yang cukup keras. Dan seketika anak itu menghembuskan nafasnya di hadapan sahabat barunya yaitu pohon jambu. Pohon jambu tersebut menjadi sedih dan tidak bisa apa-apa menghadapi kejadian tersebut.  Akhirnya pohon jambu itu kesepian lagi tanpa ada orang yang memperhatikannya.


Ibu Tiri
Oleh: Okto Dwi Winarto
Di kegelapan malam, saat jangkrik mengerik dengan indahnya aku terbangun dari tidur lelapku. Ku basuh wajah ini dengan air wudhu. Sejenak aku berpikir akan ada apa hari esok. Berdoa dan berharap, itulah yang bisa kulakukan. Tibalah esok yang cerah bak dewa yang memberi keberuntungan.
            “Sari...sari....ke sini ku!” panggl ibu tiriku. Ya, aku tinggal bersama orang tua yang bukan orang tua kandungku. Ku gerakkan tubuh ini ke sumber suara tersebut. “Sekarang tugasmu membersihkan rumah, cepaaat!” perintah ibu dengan penuh amarah. Saat aku di dapur, tiba-tiba aku mendengar perbincangan ibu dan ayahku bahwa mereka berencana akan meninggalkan aku di sebuah hutan dengan alasan aku dianggap tidakberguna.
            Aku yakin ayah tidak akan melakukan hal keji seperti itu, karena dia begitu sayang kepada aku. Kemudian ayahku memberikan roti tawar kepadaku. Buat apa ini yah? Tanyaku. “Nanti kau akan mengerti. Pokoknya jangan kau habiskan rotimu itu dan potonglah roti itu kecil-kecil lalu buang satu persatu” sahut ayahku.
            Sore harinya ibu tiriku mengajak aku ke hutan untuk mencari kayu bakar, selama perjalanan saya membuang satu persatu roti tawar itu. Setelah itu ibu tiri yang jahat itu perlahan-lahan menjauhi aku dan sembunyi entah kemana.
            Sebenarnya aku ketakutan harus bagaimana ini. Waktu sudah mulai petang, sekejap aku teringat oleh potongan rotiku yang aku buang pada perjalanan ke hutan tadi. Satu demi satu aku temukan potongan itu, untuk menunjukkan jalan pulag. Oh ya ternyata ini strategi ayahku agar aku tidak tersesat di hutan dan bisa pulang lagi. Ayahku baik sekali padaku dia hanya besikap berbeda ketika di depan mata istrinya.

            Tibalah aku di rumah, ternyata ibu tiriku belum sampai di rumah. Ayahku langsung memelukku dengan penuh rasa cinta. Kemudian keesokkan harinya diberitakan ada seorang wanita setengah baya yang tewas dengan keadaan mengenaskan dengan luka gigitan binatang buas, ternyata itu tidak lain tidak bukan adalah ibu tiriku.

Antara Malu dan Mau
Oleh: Okto Dwi Winarto
Saat mentari menunjukkan jati dirinya. Ketika itu pula aku bergegas mempersiapkan alat-alat tulisku untuk bersekolah. Kuberangkat seperti biasa, naik sepeda motor yang dilengkapi helm warna merah muda. 
Kemarin saya teringat ucapan wali kelasku bahwa kelasku akan ada guru baru pindahan dari sekolahan lain. Aku tanggapi dengan biasa saja perihal itu. Lama kumenunggu kapan guru itu akan menunjukkan batang hidungnya.
Aku menunggu sambil ngrumpi dengan siswa-siswa lainya. Beberapa lama kemudian ada siswa yang berkata bahwa guru baru kita orangnya tampan sekali, mempesona dan pintar. Mendengar perkataan seperti itu aku merasa jijik dengan temanku yang berkata itu. Lihat orang tampan saja sampai seperti itu, cuai aku.
Tool..took..toook!! suara pintu kelas dari luar. Dengan pakain rapi akhirnya guru muda itu masuk ke kelasku. Sekejap akupun terbelalak, memang benar kata temanku bahwa guru muda itu tampan.
Setelah ucapan salam dia memanggil ketua kelas untuk mengambilkan buku yang tertinggal di ruang guru, dan kebetukan ketua kelasnya adalah aku. Aku sedikit gerogi melihat wajahnya. Ku ambil bukunya dan segera kukembali ke kelas untuk bertemu dengan guru tampanku..eh maksudnya bertemu untuk menyerahkan bukunya. Em..emm...emm bak..bak paak tiba-tiba kata-kata gugup tak beraturan. Tertawalah para teman-temanku dengan girang.
Akupun yang terkenal sangat cuek menjadi malu tak karuan. Selama pembelajaran jujur saya tidak begitu fokus, saya masih terpesona dan masih merasa malu akan kejadian itu. Guru muda yang benama bapak Dermi itu memang mempunyai daya tarik yang begitu memikat selain enak dalam mengajar dia juga mudah dipahami dalam penyampaian materi. Maka dari itu aku mau pak Dermi selalu ada di kelasku. Suatu hari ketika pak Dermi mengajar di kelas lain, ada rasa keingintahuan bagaimana dia mengajar di kelas lain apakah sama atau tidak. Ternyata ketika kau mengintip di sela-sela jendela Pak Dermi menceritakan tentang karkaterku yang di kelas pemalu dan selalu curi-curi pandang tetapi memiliki daya kecerdasan yang di atas rata-rata. Aku pun tambah malu sekaligus bangga.
Setelah istirahat Pak Dermi menemui aku di depan kelas dan meminta maaf untuk ucapannya tadi. Ternyata pak Dermi mengetahui bahwa aku sedang mengintip di bawah jendela. Tujuanya untuk menumbuhkan rasa beriku dan tidak malu-malu ketika bertemu dengan orang lain. Pak Dermi memang guru yang baik dan bisa menjadi motivator dan fasilitator, trimakasih pak guru. 


cerpen ini semoga bermanfaat bagi kita semua !!!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel